Belajar Tekun dan Berguru kepada Ahlinya

  Hasil gambar untuk murabbi ruhina
 
Salah satu tawaran untuk meredam radikalisme dan paham yang menyimpang adalah dengan belajar yang sungguh-sungguh dan berguru kepada ahlinya yang memiliki sanad keilmuan yang jelas kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian salah satu hikmah penting Haul Majemuk tahun ini, di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.

Menurut KH. Agus Masyhuri, penceramah utama pada acara Haul Majemuk, orang yang memiliki paham yang menyimpang karena mereka tidak sungguh-sungguh belajar agama dan tidak belajar kepada guru yang memiliki sanad yang jelas kepada Rasulullah SAW. “Ngaji sing temen, ndolek guru sing duwe sanad keilmuane nang kanjeng Nabi,” imbuh Gus Ali.

Mengapa kita harus berguru kepada ahli yang memiliki jalur keilmuan sampai kepada Rasulullah? Supaya kita mendapat barokah dan mendapat tetesan keilmuan yang menyejukkan. Kita sebenarnya tidak cukup belajar hanya dengan membaca teks-teks buku atau kitab. Kita harus belajar langsung kepada ahlinya agar kita mendapat bimbingan dan menemukan “teladan hidup” dalam kehidupan.

Karena itulah, Pesantren Sukorejo, juga mendatangkan Habib Abdullah bin Muhammad Al-Masyhur Al-Haddad untuk memberikan ijazah beberapa awrad dan kitab-kitab. Habib Abdullah memberi ijazah awrad kepada para santri Sukorejo pada acara “Haul untuk Santri” dan memberi ijazah awrad kepada para alumni Sukorejo pada acara “Temu Alumni”. Pemberian ijazah awrad tersebut untuk menambah sanad keilmuan yang jelas sampai kepada pengarangnya. Salah satu awrad yang diberikan adalah Ratibul Haddad. Habib Abdullah memiliki jalur silsilah Ratibul Haddad nomor lima sampai kepada pengarangnya.

Ratibul Haddad ini termasuk bacaan penting bagi santri Sukorejo. Bahkan menurut KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pesantren Sukorejo, Ratibul Haddad, burdah, dan tarhim merupakan awrad utama yang menjadi benteng Pondok Sukorejo. “Ratibul Haddad, burdah, dan tarhim adalah tiga awrad utama dimana antara satu dan yang lainnya saling mengokohkan,” dawuh Kiai Azaim.

Menurut Kiai Azaim, ruh Ratibul Haddad terletak pada dzikir yang kesembilan yaitu kalimat, “Bismillah wal-hamdulillah wal-khairu was-syarru bimasyiatillah”. Karena pada lafadz bismillah mengandung makna awal dari segala pekerjaan yang baik. Sedang pada lafadz Alhamdulillah mengandung akhir dari segala doa yang dikabulkan dan merupakan tanda sykukur atas segala amal shalih yang dikerjakan. Dengan demikian, amal yang baik harus diawali dengan bismillah dan diakhiri dengan alhamdulillah.

Benteng Pondok Sukorejo yang kedua, burdah. Di Sukorejo, burdah ini dibaca tiap tengah malam dengan berkeliling pesantren. Burdah ini, menurut Kiai Azaim merupakan shalawat nabi yang memiliki aura spiritual dingin. Sedangkan benteng ketiga, tarhim merupakan awrad yang mencerminkan komunikasi dengan Allah.

Sumber : http://sukorejo.com/2016/02/27/Belajar-Tekun-dan-Berguru-kepada-Ahlinya-DSCN8801.html