Khofifah Klaim Double Track Kurangi Angka Pengangguran di Jatim
Program
tersebut mendapat apresiasi pemerintah pusat dan dipamerkan pada ekspo
di JX International Surabaya kemarin (29/12). Double track merupakan
program yang memberikan nilai tambah bagi siswa SMA. Bentuknya melalui
ekstrakurikuler.
Ada beberapa pelatihan keahlian bagi siswa-siswa SMA yang selama ini hanya diberikan kepada siswa SMK. Antara lain multimedia, teknik elektro, teknik listrik, tata boga, tata busana, tata kecantikan (rias), dan teknik kendaraan ringan. Dengan pelatihan tersebut, siswa yang lulus SMA pun dapat memiliki kemampuan di bidang-bidang itu.
Data BPS Jatim menunjukkan, persentase penduduk bekerja didominasi lulusan SMK, yakni 0,79 persen dari total penduduk bekerja di Jatim. Selanjutnya lulusan universitas yang mencapai 0,51 persen, diploma 0,19 persen, dan SMA 0,10 persen.
Persentase lulusan SMA yang bekerja sangat rendah karena mereka tidak siap kerja. Perusahaan memilih lulusan SMK yang sudah memiliki bekal keterampilan dan lebih siap kerja.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa peserta double track memiliki kemampuan siap kerja. Mereka sudah mendapat bekal untuk praktik. ”Mereka (peserta double track, Red) juga bisa membuka usaha sendiri,” katanya.
Karena itu, Pemprov Jatim akan menyiapkan sarana yang mendukung peserta jalur ganda untuk membuka lapangan kerja. Salah satunya kredit usaha rakyat (KUR). Siswa SMA yang sudah mengikuti program double track bisa memanfaatkan program tersebut.
Dengan demikian, imbuh Khofifah, lulusan SMA yang tidak berkuliah dan bekerja bisa mendapatkan modal usaha, membuka lapangan kerja sendiri, sekaligus dapat menyerap tenaga kerja. Dengan begitu, angka pengangguran di Jatim bisa turun. ”Mereka menjadi bagian dalam menyelesaikan permasalahan (angka pengangguran, Red) di Jawa Timur,” tuturnya.
Khofifah yakin program itu bisa menjadi rujukan bagi daerah lain. Penanganan masalah harus menggunakan konsep kolaborasi. Pemprov bersama lembaga pendidikan memberikan pengalaman tambahan untuk bekal setelah lulus sekolah.
Sedikitnya ada 157 SMA dan MA di 28 kabupaten di Jatim yang menerapkan program double track. Jumlah siswa yang terlibat program double track tersebut mencapai 23 ribu. Lokasinya berada di pinggiran Jatim seperti Ngawi, Bojonegoro, Magetan, dan Probolinggo.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Jatim Hudiono mengatakan, sekolah yang menerapkan program double track itu dipilih berdasar pertimbangan khusus. Sebelumnya pemprov melakukan survei tingkat kelanjutan siswa SMA di Jatim. Hasilnya, lulusan 157 SMA itu tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Lulusan 157 SMA tersebut memilih bekerja setelah lulus sekolah. Permasalahannya, siswa-siswa itu tidak memiliki keterampilan yang cukup. Banyak perusahaan yang enggan menerima mereka.
Karena itu, pemprov memberikan bekal kepada mereka melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kini siswa yang lulus dari program double track memiliki pilihan. ”Dia bisa bekerja di perusahaan sesuai bidang yang ditekuni atau membuka lapangan kerja sendiri,” pungkas Hudiono.
Sumber : Jawapos.com
Ada beberapa pelatihan keahlian bagi siswa-siswa SMA yang selama ini hanya diberikan kepada siswa SMK. Antara lain multimedia, teknik elektro, teknik listrik, tata boga, tata busana, tata kecantikan (rias), dan teknik kendaraan ringan. Dengan pelatihan tersebut, siswa yang lulus SMA pun dapat memiliki kemampuan di bidang-bidang itu.
Data BPS Jatim menunjukkan, persentase penduduk bekerja didominasi lulusan SMK, yakni 0,79 persen dari total penduduk bekerja di Jatim. Selanjutnya lulusan universitas yang mencapai 0,51 persen, diploma 0,19 persen, dan SMA 0,10 persen.
Persentase lulusan SMA yang bekerja sangat rendah karena mereka tidak siap kerja. Perusahaan memilih lulusan SMK yang sudah memiliki bekal keterampilan dan lebih siap kerja.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa peserta double track memiliki kemampuan siap kerja. Mereka sudah mendapat bekal untuk praktik. ”Mereka (peserta double track, Red) juga bisa membuka usaha sendiri,” katanya.
Karena itu, Pemprov Jatim akan menyiapkan sarana yang mendukung peserta jalur ganda untuk membuka lapangan kerja. Salah satunya kredit usaha rakyat (KUR). Siswa SMA yang sudah mengikuti program double track bisa memanfaatkan program tersebut.
Dengan demikian, imbuh Khofifah, lulusan SMA yang tidak berkuliah dan bekerja bisa mendapatkan modal usaha, membuka lapangan kerja sendiri, sekaligus dapat menyerap tenaga kerja. Dengan begitu, angka pengangguran di Jatim bisa turun. ”Mereka menjadi bagian dalam menyelesaikan permasalahan (angka pengangguran, Red) di Jawa Timur,” tuturnya.
Khofifah yakin program itu bisa menjadi rujukan bagi daerah lain. Penanganan masalah harus menggunakan konsep kolaborasi. Pemprov bersama lembaga pendidikan memberikan pengalaman tambahan untuk bekal setelah lulus sekolah.
Sedikitnya ada 157 SMA dan MA di 28 kabupaten di Jatim yang menerapkan program double track. Jumlah siswa yang terlibat program double track tersebut mencapai 23 ribu. Lokasinya berada di pinggiran Jatim seperti Ngawi, Bojonegoro, Magetan, dan Probolinggo.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Jatim Hudiono mengatakan, sekolah yang menerapkan program double track itu dipilih berdasar pertimbangan khusus. Sebelumnya pemprov melakukan survei tingkat kelanjutan siswa SMA di Jatim. Hasilnya, lulusan 157 SMA itu tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Lulusan 157 SMA tersebut memilih bekerja setelah lulus sekolah. Permasalahannya, siswa-siswa itu tidak memiliki keterampilan yang cukup. Banyak perusahaan yang enggan menerima mereka.
Karena itu, pemprov memberikan bekal kepada mereka melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kini siswa yang lulus dari program double track memiliki pilihan. ”Dia bisa bekerja di perusahaan sesuai bidang yang ditekuni atau membuka lapangan kerja sendiri,” pungkas Hudiono.
Sumber : Jawapos.com
0 Komentar