TNI Soal China di Natuna: Kami Tak Melepas Peluru Sebutir Pun

CNN Indonesia | Kamis, 09/01/2020 16:16 WIB
TNI Soal China di Natuna: Kami Tak Melepas Peluru Sebutir Pun KRI Teuku Umar-385 melakukan peran muka belakang usai mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Sisriadi menegaskan pihaknya telah meningkatkan intensitas operasi militer untuk menjaga kedaulatan RI di Perairan Natuna Utara usai banyak kapal China yang melintas di kawasan tersebut.

"Itu sebenarnya operasi rutin, tapi intensitasnya ditingkatkan di tempat itu," kata Sisriadi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (9/1).

Walaupun demikian, dia menuturkan pihaknya tak akan menembakkan peluru sebutir pun karena akan melanggar hukum internasional.

Lebuh lanjut, Sisriadi menjelaskan operasi di seluruh perairan Indonesia sudah rutin digelar tiap harinya oleh personel TNI. Akan tetapi, Panglima TNI Hadi Tjahjanto sudah menginstruksikan untuk menggeser fokus operasi di Perairan Natuna akibat situasi yang memanas belakangan ini.

Ia merinci setidaknya TNI sudah mengerahkan delapan Kapal Republik Indonesia (KRI) berpatroli untuk pengamanan Perairan Natuna. Tak hanya itu, pihaknya meningkatkan patroli udara menggunakan pesawat tempur dua kali penerbangan dalam sehari.

"Terakhir kita kerahkan ke wilayah itu saja ada delapan KRI. Kemudian patroli udara satu hari itu 1-2 flight, satu flight itu empat pesawat udara," kata dia.

TNI Tingkatkan Intensitas Operasi Militer di NatunaPresiden Jokowi di atas KRI Usman Harun saat datang ke Natuna. (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden/Agus Suparto)

Meski demikian, Sisriadi belum mengetahui secara pasti kapan intensitas operasi di wilayah tersebut diturunkan. Ia hanya menjelaskan pihaknya masih memantau situasi di lapangan terlebih dulu untuk memutuskan hal tersebut.


Tak hanya itu, Sisriadi menjelaskan bahwa personel TNI dalam menjalankan operasi di Perairan Natuna Utara sudah sesuai dengan prosedur dan aturan internasional. Ia menyatakan TNI berpegang pada hukum humaniter dan Konvensi Jenewa dalam melakukan operasi tersebut.

Salah satu prosedurnya, lanjut dia, TNI tak pernah melepaskan satu peluru ke kapal-kapal China dalam operasi tersebut.

Ia menegaskan personel TNI hanya melakukan pengusiran terhadap para nelayan berbendera China keluar dari ZEE Indonesia di perairan Natuna.

"Kalau yang kita hadapi kapal-kapal sipil kita tak mungkin memaksakan cara militer. Kita haya gunakan komunikasi. Mengusir mereka. Jadi intinya gitu," kata dia.

"Kita tak akan melepaskan satu butir peluru pun. Karena kalau kita lepaskan satu butir peluru, kita jadi yang melanggar hukum internasional," tambahnya.
(rzr)