Kicauan burung-burung membangunkan tidurku. Aku terbangun dalam keadaan bingung. Pada awalnya, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apa yang telah di rencanakan Tuhan? Aku sungguh bingung. Sambil melihat-melihat sekeliling rumah, nampak semuanya sepi. Dalam Keremangan rumahku, aku baru sadar kalau dua sosok yang dulu aku bangga-banggakan kini telah hijrah ke kota metropolitan. Dimana tujuan beliau-beliau ini adalah untuk menafkahi sesosok anak yang banyak melakukan kesengsaraan bagi beliau. Ya Allah, mengapa aku harus sendirian? Tuhan-pun menjawab pertanyaanku tadi dengan keadaan sekitar.
Aku sadar, bahwa aku perlu kemandirian, yang belum tertanam di dalam
jiwa dan ragaku ini. Sungguh Engkau Maha Kuasa ya Rabb. Setelah berfikir
panjang tentang hal itu, kemudia aku melangkah dengan ketidak percayaan tentang
hal ini. Aku sekarang mengerti, bahwa di balik semua ini ada sesuatu yang
terselip dengan beribu-ribu manfaat. Kamar mandi tujuanku saat itu. Dengan
sarung yang baru saja di pakai, aku melangkah untuk menyirami tubuhku dengan
air yang Tuhan ciptakan. Di dalam kamar mandi, aku menundukkan kepalaku dengan
sejuta perasaan yang bercampur aduk. Aku masih bertanya-tanya dalam lubuk
hatiku.
Apakah aku bisa menjawab semua ujian yang
Engkau berikan ? Sungguh, aku pikir tidak akan mampu. Tapi entahlah, pasti
Tuhan memberikan yang terbaik pada hamba-Nya. Setelah selesai aku membersihkan
tubuhku, aku pergi ke kamar untuk mengenakan pakaian sekolah. Pakaian sekolah
aku pakai, namun bayangan dua sosok yang sangat penting dalam hidupku masih
terbayang di dinding.
"Ya Allah,
kenapa fikiranku ini?". Sambil mengenakan pakaian aku terus memikirkan hal
yang sedemikian itu. "Sudahlsh Firman, kamu ini pasti bisa menghadapi
cobaan ini". Bisikan hati mengatakan hal itu padaku. Selesai bersiap-siap,
aku langsung menurunkan sepeda motor yang Ayah beli untuk kebutuhan keluarga.
Kembali, pertanyaan itu ada di hadapanku di kala aku mulai menurunkan sepeda
motor. Dengan perasaan yang bercampur aduk, aku mebgjidupkan sepeda lalu pergi
ke sekolah untuk memenuhi kewajibanku dalam mencari ilmu.
Sesampainya di sekolah, perasaan yang
tadi menghantuiku hilang sedikit demi sedikit. Suasana kelas yang tak asing
lagi bagiku, kembali menghibur sesosok manusia ini dengan penuh canda dan tawa.
"Inilah kehidupan, yang dulunya bergelinangan air mata. Kini berotasi
sampai 180 derajat menjadi kebahagiaan". Hati nuraniku berbicara demikian.
Di kelas yang penuh sejara ini, aku mampu
mengubah kondisi hatiku, walaupun setetes embun. Canda tawa menghiasi setiap
putaran waktu. Berjam-jam sudah aku lewati di kelas ini, dan kini waktu aku
pulang. Dengan perasaan yang sedikit berbeda, aku mulai bisa menerima takdir.
Kembali dengan sepeda motor ayahku, aku pulang dengan penuh ketenangan.
Sesampainya dirumah, dari sisi luar aku melihat kalau rumah dengan cat tembok
hijau ini kosong tanpa penghuni. Lembaran sejarah yang lampau telah terukir di
bangunan yang kokoh ini.
Pemimpin di rumah ini bukan lagi ayahku,
tapi anak kecil yang mulai tumbuh dewasa yang akan mengambil alih kekuasaan
tertinggi di rumah ini. Tak kalah dengan kerajaan Inggris, rumah dengan cat
hijau kini punya raja. Tapi, apakah seorang raja itu bodoh dan jahat?.
Pertanyaan itu muncul secara tiba-tiba di dalam hatiku. "Aku ini bukan
raja di rumah ini, melainkan aku adalah seorang scurity yang harus
mempertahankan kerajaan kecil yang di tinggal oleh rajanya (ayahku)".
Kataku sambil membuka kunci pintu.
Aktifitas baruku yang akan menentukan
hidupku di masa depan. Peluang-peluang seperti ini takkan aku sia-siakan.
Seiring berjalannya waktu. Hari demi hari aku lewati, sampai akhirnya aku dapat
kabar dari kakak sepupuku yang di Bangkalan katanya mau pulang ke tanah
kelahirannya. Sungguh hatiku sangat bahagia yang tak dapat aku lukiskan dengan
kata-kata.
Kakak sepupuku bernama Novil. Dia adalah seorang aktivis Bangkalan
yang sering turun jalan demi kebenaran. Aku semakin bernafsu untuk bertemu
dengannya, karena kesendirian yang terlukiskan di hari sebelumnya. Dan pada
akhirnya, Kakakku ini sampai di tanah kelahirannya pada jam 17.00 WIB. Hati
yang dulu rindu, kini terobati. Dia datang dengan senyuman yang membuat aku
meloncat-loncat di dalam hatiku.
Kemudian, dia melangkahkan kakinya ke
rumah yang di tinggal oleh rajanya. "Kamu beneran sendirian Man?".
Seolah-olah, ia tak percaya akan hal ini. "Ya iyalah. Tapi masih ada
saudara-saudaraku di luar sana yang bikin aku tersenyum". Kataku dengan
ekspresi bahagia.
Dia mengganti pakaiannya dengan sarung.
Setelah berbincang-bincang dengan kakaku, lalu aku pergi ke kamar mandi untuk
mengambil wudhu'. Selesai mengambil wudhu', aku melakukan isro' mi'roj
(perjalanan menuju Tuhan) dan berdoa pada yang Maha Kuasa. "Ya Rabb.
Selamatkanlah kedua orang tuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka
mengasihaniku sejak kecil. Berilah kami rezeki dengan ridha-Mu, berilah kami
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan selamatkanlah kami sampai menghadap-Mu
ya Rabb".
Selesai sholat, aku bersantai di ruang
tamu, dan nonton tv. Kakakku sholat, kemudian bersantai juga denganku di ruang
tamu. Kami berdua bercanda bersama dengan penuh kebahagiaan. Menjelang
dinihari, aku dan kakakku masih nonton tv. Sampai kami tertidur di depan tv,
entah tv itu di matikan atau tidak. Tidur dengan perasaan yang berbeda, membuat
tidurku lelap.
Adzan shubuh membangunkan kami. Dengan
rasa malas, aku bangun dan terus sholat shubuh, begitu juga kakakku. Pagi yang
indah bagiku. Kicauan burung-burung mungil menghidupkan suasana sehingga aku
dalam menghirup udara segar dengan penuh kebahagiaan. Hari-hari, ku lewati
dengan kakakku. Sampai pada akhirnya, dia kembali lagi ke kampusnya di
Bangkalan. Sungguh perasaanku kembali terpukul. Tapi sudahlah, toh orang tuaku
akan kembali lagi kesini. Kini aku kembali tinggal dengan malaikat-malaikat
yang selalu ada di kanan-kiriku. Kehidupanku saat ini, gambaran masa depanku.
Meskipun di rumah aku sendirian, tapi itu tidak mematahkan semangatku untuk
kembali berkarya, mengukir kembali lembaran sejarah dengan segudang ilmu yang
mungkin manusia lain tak memilikinya. Pantang menyerah, hantam apapun yang
menghalangmu untuk berkarua demi bangsa dan negara. Thanks You Allah
"Kehidupanku saat ini, gambaran masa depanku"
- Firman Maulana -
"Orang bisa mengalahkan orang lain dengan ilmunya, tapi tidak
untuk pengalamannya"
- Firman Maulana -
Andulang, 11 Februari 2016
Penulis,
A. Firman Maulana
0 Komentar